Headline

Featured Posts

02 April 2009

Artikel

MENULIS SIMBOL FONETIK VOKAL BAHASA INGGRIS
Farel M. Adani

A. Pengajaran Bahasa Inggris
Pengajaran berasal dari kata dasar “ajar”, yang mendapat awalan pe- dan akhiran–an. Pengajaran adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan kegiatan dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Pasaribu dan Simanjutak, 1983). Menurut Fitriani (2003), “pengajaran” secara terminologi berarti suatu perbuatan, proses atau cara mengajar oleh seseorang di suatu lembaga pendidikan, baik formal ataupun non formal. Winaputra dan Rosita (1994:4) dalam bukunya yang berjudul “Belajar dan Pembelajaran” mendefinisikan bahwa pengajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar. Akibat dari pengajaran adalah terjadinya perubahan tingkah laku. Sedangkan, Yunus (2006:35) menjelaskan bahwa pada hakekatnya, tujuan pengajaran adalah memungkinkan manusia untuk mengetahui dirinya dan alam sekitarnya dengan pengetahuan yang berdasarkan amal perbuatan. Purwodarminto (1982:195) menyebutkan bahwa pengajaran adalah hal-hal tentang mengajar, sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman, peristiwa, kejadian dan lain sebagainya yang memberi peringatan.
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengajaran adalah proses penyajian bahan pelajaran oleh seseorang kepada orang lain dengan harapan agar orang lain mengalami perubahan agar lebih baik melalui pengalaman, kejadian dan peristiwa.
B. Tujuan Pengajaran Bahasa Inggris
Hamalik (2002:108) mengutarakan bahwa tujuan pengajaran adalah sejumlah hasil pengajaran yang dinyatakan dalam artian siswa belajar yang secara umum mencakup pengetahuan baru, ketrampilan dan kecakapam, serta sikap-sikap yang baru, yang diharapkan oleh guru dicapai oleh siswa sebagai hasil pelajaran.
Singkatnya, tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya pengajaran. Fries dalam jumaidah (2006: 9) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan telah mempelajari suatu bahasa asing jika dengan kosakata yang luas, dia telah menguasai sistem tata bahasa dan pola dasar kalimatnya. Artinya, pengguna bahasa dapat mengerti dan dimengerti dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing tersebut.
Dari yang dikemukakan diatas dapat diketahui tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah supaya pembelajar dapat menguasai kosa kata bahasa Inggris, sistem tata bahasa Inggris dan dapat berkomunikasi dengan mengggunakan bahasa Inggris. Lebih lanjut, tujuan pengajaran bahasa Inggris menurut Kurikulum Pendidikan dan Kebudayaan (1994:1) adalah sebagai berikut:
“Meningkatkan sumber daya manusia yang mana sekarang dituntut terus berkembang dan hampir disemua instansi perusahaan mencari sumber daya manusia yang handal; Membantu anak didik mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris sehingga mampu mengungkapkam makna dan peran serta kemampuan menafsirkan dan mengekspresikan diri dengan bahasa Inggris”.

Artinya, bahwa bahasa Inggris diajarkan agar mereka memiliki empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu reading, listening, writing dan speaking ability yang berhubungan erat, baik proses mental maupun dalam hal fungsinya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris pada umumnya adalah agar pembelajar dapat menguasai empat ketrampilan berbahasa, yaitu mendengar, membaca, berbicara dan menulis sekaligus mampu menggunakan bahasa tersebut semaksimal mungkin dalam berbagai keperluan.

1. Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat aspek kemampuan berbahasa. Ketrampilan ini termasuk kedalam kemampuan yang bersifat ekspresif, selain membaca (sharing skills). Kemampuan ini sangat berhubungan erat dengan kemampuan lainya yang bersifat reseptif (receiving skills), yakni berbicara dan membaca sebagai proses mental maupun dalam hal fungsinya. Kemampuan menulis hanyalah merupakan refleksi dari kemampuan berbahasa lisan itu.
Lado dalam Syafii (1981:14) menjelaskan bahwa dalam setiap belajar bahasa secara alamiah selalu melalui proses mendengarkan dan berbicara terlebih dahulu, sedangkan proses untuk mencapai kemampuan membaca dan menulis selalu mengikuti dan bergantung pada kemampuan berbahasa lisan. Dinas P dan K (2002) mendefinisikan “Writing is far being a simple matter of transcribing language into written symbols”. Artinya, menulis tidak hanya sekedar mentransfer suatu bahasa kedalam simbol-simbol tertulis. Ini merupakan suatu proses berfikir. Suatu proses dimana ide digenerelasikan dan difokuskan kedalam ide yang lebih relevan dan penting.

2. Fonetik

Secara umum fonetik bisa djelaskan sebagai cabang studi ilmu fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut yang mempelajari fungsi pembeda makna atau tidak (Chaer, 2003:103). Kemudian, berdasarkan urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya 3 jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Lebih lengkap, Chaer (2003:104) menyebutkan:
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarnya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya. Sedangkan, fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga.

2.1. Simbol Fonetik

Dalam studi linguistik dikenal adanya fonetik untuk ejaan fonetik, tulisan fonemis untuk ejaan fonemis dan sistem aksara tertentu (seperti aksara Latin, dan lain-lain) untuk ejaan ortografis. Tulisan fonetik yang dibuat untuk keperluan studi fonetik, sesungguhnya dibuat berdasarkan huruf-huruf Latin, yang ditambah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf Latin itu.
Dalam tulisan fonetik setiap huruf atau lambang hanya digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa. Atau kalau dibalik, setiap bunyi bahasa, sekecil apapun bedanya dengan bunyi yang lain, akan juga dilambangkan hanya dengan bunyi 1 huruf atau lambang. Dengan adanya simbol fonetik membantu dan mempermudah pembelajar bahasa Inggris untuk melafalkan dan menuliskan pelafalan (pengucapan) suatu kata yang baik dan benar. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan dari kesalahan dalam pemaknaan (misinterpretasi).
Dalam berbagai buku fonetik, fonologi dan juga berbagai macam kamus bahasa Inggris kita jumpai berbagai macam tulisan fonetik itu. Akan tetapi pada dasarnya simbol tersebut sama dalam pengucapannya. Oleh karena itu, diperkenalkan adanya tulisan fonetik dari IPA (International Phonetic Alphabet) agar diperoleh pengucapan yang baku, baik dan benar (Chaer, 2003:110). Dalam tulisan fonetik, setiap bunyi-bunyi fonetik baik yang unsur segmental maupun suprasegmental dilambangkan secara akurat, artinya setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya sendiri. Meskipun perbedaanya hanya sedikit dengan fonemik, dalam tulisan fonemik hanya perbedaan bunyi yang distingtif saja, yakni yang membedakan makna, yang diperbedakan lambangnya.
Robin (1989:iii) menjelaskan simbol fonetik, pengucapan dan cara penulisanya sebagai berikut:
1. vokal:
a. [I] struktur: jarak lidah dengan langit-langit tertutup, gerak lidah: bagian depan, tinggi rendah lidah: tinggi bawah, dengan bibir terentang. Contoh, bit [bIt]
b. [i:] struktur: tertutup, gerak lidah bagian depan, tinggi rendah lidah: tinggi atas, dengan bibir terentang. Contoh, feel [fi:l]
c. [u] struktur: tertutup, gerak lidah bagian belakang, tinggi rendah lidah: tinggi bawah, dengan bibir bundar. Contoh, put [put]
d. [u:] struktur: tertutup, gerak lidah bagian belakang, tinggi rendah lidah: tinggi atas, dengan bibir bundar. Contoh, boot [bu:t]
(Disamping rentang waktu yang lebih lama, dalam bahasa Inggris diartikulasikan didaerah yang ke depan dan lebih belakang dibandingkan [i] dan [u]. Bahkan seringkali perbedaan kualitatif itu sama jelas terdengar seperti perbedaan jangka).
e.[e] gerak lidah: bagian depan, tinggi rendah lidah: madya, struktur: setengah tertutup, dengan bibir terentang. Contoh, tell [tel]
f. [æ] gerak lidah: bagian depan, tinggi rendah lidah: rendah, struktur: setengah terbuka, dengan bibir netral. Contoh, man [mæn]
g. [a:] gerak lidah bagian belakang, tinggi rendah lidah: rendah bawah, struktur terbuka, dengan bbir netral. Contoh, hard [ha:d]
h. [כ] gerak lidah bagian belakang, tinggi rendah lidah: rendah bawah, struktur terbuka, dengan bibir bundar. Contoh on [כn]
i. [כ: ] gerak lidah bagian belakang, tinggi rendah lidah: rendah atas, sruktur terbuka, dengan bibir bundar. Contoh, caught [ kכ:t]
j. [] gerak lidah: bagian tengah, tinggi rendah lidah: rendah, struktur: setengah terbuka, dengan bibir netral. Contoh, cut [ct]
k. [∂] gerak lidah: tengah, tinggi rendah lidah: madya bawah, struktur: setengah terbuka, dengan bibir netral. Contoh, upon [∂pon]
l. [∂:] gerak lidah: tengah, tinggi rendah lidah: madya atas, struktur: setengah tertutup, dengan bibir netral . Contoh, earn [∂:n]
2. Konsonan:
a. Bunyi konsonan [p,b]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Bibir bawah menekan rapat pada bibir atas, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Bibir bawah yang menekan rapat pada bibir atas itu kemudian secara tiba-tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga mulut. Contoh, part [pa:t], bed [bed]
b. Bunyi konsonan [t, d]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah menekan rapat pada gusi, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat pada gusi itu kemudian secara tiba-tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga mulut. Contoh, tell [tel], dark [da:k]
c. Bunyi konsonan [k, g]
Pangkal lidah menekan rapat pada langit-langit lunak. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan, sehingga udara yang dihembuskanya dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Secara tiba-tiba pangkal lidah yang menekan rapat itu kemudian dilepaskan, terjadilah letupan sehingga udara keluar dari rongga mulut. Contoh, cat [kæt], gap [gæp]
d. Bunyi konsonan [m]
Langit-langit beserta anak tekaknya diturunkan. Bibir bawah menekan rapat pada bibir atas, sehingga jalanya udara dari paru-paru melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung. Pita suara ikut bergetar. Contoh, man [mæn]
e. Bunyi konsonan [n]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan itu ujung lidah ditekankan rapat pada gusi. Jadi, jalanya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung. Pita suara ikut bergetar. Contoh, name [neIm]
f. Bunyi konsonan []
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dinaikan rapat pada langit-langit lunak. Sehingga jalanya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung. Pita suara ikut bergetar. Contoh, sing [sI]
g. Bunyi konsonan [t∫, dз]
Ujung lidah menyentuh rapat pada gusi bagian belakang, langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikan, sehingga arus udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk sementara. Ujung lidah yang menyentuh rapat itu kemudian dilepaskan secara bergeser pelan-pelan dalam posisi seperti mengungkapkan [∫, з]. Geseran dalam mengungkapkan [t∫, dз] tidak sedemikian panjang seperti pada geseran bunyi [∫, з]. Contoh, chain [t∫eIn], Jane [dзeIn].
h. Bunyi konsonan [l]
Langit-langit beserta tekaknya dinaikan. Ujung lidah menyentuh rapat pada gusi, sehingga arus udara melalui tengah mulut terhalang. Karena udara melalui tengah mulut terhalang maka udara yang dihembuskan dari paru-paru keluar melalui kedua (salah satu) sisi lidah yang tidak bersentuhan dengan langit-langit. Pita suara ikut bergetar. Contoh, lap [læp]
i. Bunyi konsonan [f,v]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikan, udara tidak keluar melalui rongga hidung dan terpaksa keluar lewat mulut. Bibir bawah ditekankan pada gigi depan atas, dengan demikian penyempitan jalan arus udara terjadi. Karena jalanya arus udara disempitkan maka udara keluar secara bergeser melalui sela-sela bibir dengan gigi dan melalui lubang-lubang diantara gigi. Contoh, ferry [ferI[, very [verI]
j. Bunyi konsonan [θ, δ]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dikeataskan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung tetapi terpaksa keluar melalui rongga mulut. Ujung lidah ditekankan pada gigi depan atas, sehingga penyempitan jalan udara terjadi. Karena jalanya arus udara disempitkan maka udara keluar dengan bergeser melalui sela-sela ujung lidah dan gigi. Contoh, thigh [θaI], thy [δaI]
k. Bunyi konsonan [r]
Langit-langit beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung terpaksa keluar melalui rongga mulut. Lidah membentuk lengkungan dengan ujung lidah mengarah pada langit-langit keras dibagian gusi. Ujung lidah depan menurun dan lidah bagian belakang agak naik. Ujung lidah tidak menutup rapat pada langit-langit tetapi ada sela-sela sempit yang menyebabkan jalanya udara bergeser. Bibir agak dibulatkan, khususnya jika [r] itu pada awal kata. Pita suara ikut bergetar. Contoh, red [rєd]
l. Bunyi konsonan [s, .z]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung terpaksa keluar melalaui rongga mulut. Daun lidah dan ujung lidah ditekankan pada gusi, sehingga ruangan udara antara daun lidah dengan gusi itu sempit sekali yang menyebabkan keluarnya udara bergeser. Gigi atas dan gigi bawah dirapatkan, mulut tidak terbuka lebar. Contoh, sea [si:], zoo [zu:]
m. Bunyi konsonan [∫, з]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung tetapi terpaksa keluar melalui rongga mulut. Ujung lidah atau beserta daun lidah ditekankan pada gusi bagian belakang. Ruangan jalanya udara antara ujung lidah sebaliknya jalan udara diantara bagian utama lidah dengan langit-langit lebih sempit. Lidah depan lebih tinggi daripada untuk [s, z]. Bibir bulat ramping. Gigi atas dengan gigi bawah sangat berdekatan. Contoh, shoe [∫u:], rongue [ ru:з]
n. Bunyi konsonan [h]
Udara yang dihembuskan dari paru-paru waktu melewati glottis digeserkan. Glottis dalam posisi terbuka. Posisi terbuka ini lebih sempit daripada posisi glottis terbuka lebar dalam bernafas normal. Pita-pita suara tidak ikut bergetar. Contoh, head [hєd]
o. Bunyi konsonan [w]
Langit-langit lunak anak tekaknya dinaikan sehingga udara tidak keluar melalui rongga mulut. Bibir bawah dibentangkan didekatkan pada bibir atas tetapi tidak sampai rapat. Pangkal lidah dinaikan mendekati langit-langit lunak, ketinggianya sama dengan posisi pengucapan vokal [u], perbedaanya dalam mengucapkan [u], posisi bibir bulat. Dalam [w] ini posisi kedua bibir itu agak terbentuk. Pita-pita suara ikut bergetar. Contoh, wet [wet]
p. Bunyi konsonan [y]
Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung tetapi keluar melalui rongga mulut. Tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras, tetapi tidak sampai rapat. Ketinggian lidah ini, jika dibandngkan dengan [l], [y] sedikit lebih tinggi. Jadi, udara yang keluar dari paru-paru sedikit terhambat. Pita-pita suara ikut bergetar. Contoh, yes [yes]

C. Klasifikasi Bunyi
Chaer (2003:113) menjabarkan bahwa pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama dibedakan atas vokal dan konsonan. Begitu pula, menurut Clarey dan Dixon (1982:9), “the sounds of any language are generally divided into two main groups - vowels and consonants”. Maksudnya, bunyi dalam setiap bahasa umumnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu vowel dan konsonan. Jadi, sebuah kata pasti terdiri atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit/pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya, arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa, kecuali bentuk rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa, kecuali bentuk rongga mulut yang terbentuk tertentu sesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan. Bunyi konsonan terjadi, setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan ditempa-tempa artikulasi tertentu.
Jadi, beda terjadinya bunyi vokal dan konsonan adalah arus udara dalam pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara, tidak mendapat hambatan apa-apa; sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan/gangguan. Bunyi konsonan ada yang bersuara atau tidak. Yang bersuara terjadi apabila terbuka agak lebar. Bunyi vokal, semuanya adalah bersuara, sebab dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.

c.1. Vokal
Chaer (2003:113), berargumentasi bahwa:
“Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal dan horisontal. Secara vertikal, dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [∂]; dan vokal rendah, misalnya bunyi []. Secara horisontal, dibedakan adanya vokal depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya [∂] dan vokal belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]. Kemudian, menurut bentuk mulut dibedakan vokal bundar dan tak bundar. Disebut, vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya vokal [o] dan [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar, melainkan melebar pada waktu mengucapkan vokal tersebut, misalnya vokal [i] dan [e]”.

Selanjutnya, Jones (1972:23) dalam bukunya yang berjudul “An Outline of English Phonetic” memaparkan bahwa “a vowel is defined as a voiced sound in forming with the air issues in a continous through the pharynx and mouth, there being no obstruction and a narrowing such as could cause audible friction”. Maksudnya, vowel didefinisikan sebagai bunyi yang bergetar yang dibentuk ketika udara mengalir terus menerus melalui kerongkongan dan mulut, disini terjadi halangan dan tidak dibatasi seperti terdengarnya gesekan. Jadi, vowel adalah bunyi yang bergetar yang dihasilkan pada waktu udara keluar dari kerongkongan dan mulut dengan tidak terhalang oleh apapun. Dalam hal ini, Jones membagi vowel menjadi 3, yakni front vowel, back vowel dan middle vowel. Front vowel, yakni ketika disebut, posisi lidah menjulur kedepan seperti [i:], [I], [e], back vowel seperti [u:], [U] dan [o], sedangkan middle vowel, seperti [æ] dan [∂].
Lalu, Clarey dan Dixon (1982:9) dengan bukunya yang berjudul “Pronunciation Exercise in English” mengusulkan bahwa “all vowels are produced with voiced that is, with vibration of vocal cord”. Artinya, semua vowel diproduksi dengan cara bergetar yaitu getaran dari alat vokal.

C.2 Konsonan
Chaer (2003:116) mengklasifikasikan konsonan berdasarkan tiga patokan atau kriteria, yaitu pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu, misalnya [b], [d], [g] dan [k]. Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu, misalnya [s], [k], [p] dan [t].
Tempat artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu. Berdasarkan tempat artikulasi, antara lain:
1. Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir. Bibir bawah merapat pada bibir atas, contohnya bunyi [p], [b], dan [m].
2. Labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas, contohnya [f], dan [v].
3. Laminoalveolar, yakni konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini menempel pada gusi, contohnya bunyi [t], dan [d].
4. Dorsovelar, yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak, contohnya [k] dan [g].
Sebaliknya, berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dibedakan menjadi:
1. Hambat (letupan, plosif, stop). Disini artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehinggga udara mampat dibelakang tempat penutupan itu. Kemudian, penutupan itu dibuka secara tiba-tiba, sehingga memyebabkan terjadinya letupan, antara lain [p], [b], [t], [d], [k] dan [g].
2. Geseran atau frikatif. Disini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu, antara lain [f], [s] dan [z].
3. Paduan atau frikatif. Disini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif, antara lain [c], dan [j]. Sengauan atau nasal. Disini artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas, antara lain [m], [n] dan [].
4. Getaran atau trill. Disini artikulator aktif melakukan kontak beruntutan dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang, antara lain [r].
5. Sampingan atau lateral. Disini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah, antara lain [l].
6. Hampiran atau aproksian. Disini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal. Tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi vokal, antara lain [w] dan [y].
Lebih jelas, Jones (1972:23) menyebutkan:
“Consonants therefore include (1) all sounds which are not voiced [p, s, ∫], (2) all sounds in the production of which the air has an impeded through the mouth (b, l, rolled r], (3) all sounds in the production of which the air does not pass through the mouth [m], (4) all sounds in which there is an audible friction [f, v, s, z, h]”.

Terjemahan dari kutipan diatas adalah konsonan terdiri dari (1) semua bunyi yang tidak bergetar [p, s, ∫], (2) semua bunyi yang dihasilkan ketika jalanya udara keluar lewat mulut terhalang (b, l, rolled r], (3) semua bunyi yang dihasilkan ketika udara tidak bisa keluar melalui mulut [m], (5) semua bunyi yang terdengar gesekanya atau berdesis [f, v, s, z, h].
Dilain pihak, Clarey dan Dixon (1982:10) menggolongkan konsonan menjadi 2 yaitu berdasarkan pada :
1. Bagaimana jalanya udara itu terhambat yang terbagi atas:
- stop/plosive
- continuants (nasal, lateral dan fricative)
2. Getar atau tidaknya alat vokal yang terbagi atas 2 jenis yaitu:
- Voiced conconants
- Unvoiced consonanats
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa perbedaan antara vowel dan konsonan adalah:
a. Semua vowel adalah oral (udara keluar melalui mulut), sedangkan konsonan ada yang lewat ada juga udara yang keluar lewat hidung (nasal) yaitu [m] dan [n].
b. Semua vowel adalah voiced, ada juga yang unvoiced (dibunyikan dengan tidak begetarnya alat vokal).
c. Semua vowel adalah central (udara keluar melalui bagian tengah dari lidah), sedangkan konsonan ada yang sentral ada dan yang lateral (ujung lidah) yaitu bunyi [l].
d. Semua vowel adalah free passage (udara berjalan bebas halangan), sedangkan konsonan ada yang free air passage, ada juga yang stoppage (ada hambatan).

D. Kemampuan Menulis Simbol-Simbol English Phonetics
Untuk mempermudah kita dalam mempelajari bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris, kita harus mempunyai kemampuan memahami simbol-simbol fonetik yang ada, khususnya bagaimana kita mampu menuliskan simbol-simbol fonetik baik vokal maupun konsonan dari suatu kata bahasa Inggris. Dalam berbicara dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris secara lisan maupun tertulis, apabila terdapat kesalahan dalam mengucapkan kosa kata maka dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima secara jelas oleh si penerima. Kemampuan memahami simbol-simbol fonetik baik vokal ataupun konsonan ini akan mempermudah juga dalam memahami setiap perbedaan pengucapan berbagai macam kosa kata bahasa Inggris. Dalam tulisan fonetik setiap huruf atau lambang digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa.
Simbol-simbol fonetik perlu dipelajari karena ada beberapa alasan, yaitu untuk menunjukan perbedaan antara dua ucapan kata yang sama dari dua orang umpanya saat kita mempelajari dialek bahasa. Selain itu, kemampuan memahami simbol-simbol fonetik dapat dimanfaatkan untuk membedakan ucapan beberapa kata Indonesia yang diucapkan suku bangsa Indonesia. Hal ini penting dalam memperkenalkan bahasa Inggris baik sebagai bahasa kedua maupun bahasa asing.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Artikel"